Revolusi Tai Kucing

Mencari Kemungkinan, Dalam Ruang Ketidakmungkinan
Ritme Dialektika Sebuah Kenihilan..
Selamat Tinggal Pengatas namaan Segala Bentuk Pelabelan....
Selamat Datang Absurditas, Dan Lahir Menjadi Realitas..

Wednesday, November 28, 2007

Antara Tuhan Dan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender/Waria)


Ceritamu tentang seperti tuhan salah menempatkan badan…

Dalam Tangis Tertahan menahan umpatan, dakwaan haram sebagai kaum kutukan…

Dan tak boleh hidup dalam alam bersama yang tuhan ciptakan…

Hukuman mati membayangi bagi mereka yang sehati mencintai

Tanpa melihat perempuan atau laki-laki, alasan tak bisa memberikan keturunan..

Dan mengancam eksistensi keberagamaan….

Berakhir gantungan ala Revolusi Iran

Akh…Kasihan Kau Teman….

Sepertinya tidak cukup disitu, ancaman rajaman atas nama hukum yang harus ditegakkan.

Sangat Paradoksal dengan asas bersama ke-Bhineka Tunggal Ikaan…

Segurat pertanyaan adalah stigma ketidaknormalan dalam ruang mayoritas…

Norma orientasi Hetero yang seolah-olah menjadi hero…

Harus menumpas habis orientasi sexual yang berbeda…

Lantas siapa yang bisa menentukan atau mencegah selera…

Ataukah tuhan dengan seribu pertanyaan mamaksa imajinasi tuhan harus laki-laki…

Sedikit tersenyum melihat film vote for women berdoa mengandaikan tuhan adalah perempuan…

Sepertinya sah-sah juga kalau begitu membandingkan tuhan Gay, Waria, Bisex, atau lesbian…

Maaf tuhan, aku tak terlalu khawatir dengan dirimu, yang aku coba fikir segala tentang dirimu andaipun kau ada atau tidak ada…

Aku hanya khawatir dengan yang mengaku umatmu, merasa tahu tentang dirimu…… Akan marah karena merasa dirimu diowah-owah…

Aku yakin kalaupun ada kau maha penyayang, pasti tahu pluralitas umatmu…

Dalam ranah dialektika mempertanyakan segala sesuatu, termasuk keragu-raguan

Dalam mempertanyakanmu…

Mungkin justru itulah yang kau harapkan, karena apa guna diberi akal fikiran..

Coba aku membandingkan, kalau saja aku bukan hetero, seandainya aku gay/waria…

Harus mencintai seorang manusia dalam alam abnormalaan yang selalu terus coba dibudayakan sebab ada berbagai kepentingan dalam pelarangan…

Kepentingan kekuasaan atau sakralitas keturunan orientasi pewarisan keyakinan keagamaan ala vatikan, bokingan kefeodalan dan harus menurut kalau tak takut kutukan…

Akh..sungguh tidak terbayang karena dalam heteropun aku masih jomblo…

Bukan sampai disitu ternyata penderitaanmu teman…

Ingat cerita harus diusir dari toilet laki-laki/toilet perempuan padahal ngebet ingin buang hajatan…

Atau khas cerita taman lawang…

Antara dingin dan takut trantib datang…

Kisahmu hanya menyisakan senyum dan tertawaan lucu ala spontan meninggalkan segores luka pertanyaan, bagaimana kalau aku jadi kalian…

Selalu penjejalan menjadi jawaban semenjak lahir semua manusia adalah sama..

Dan aku yakin dalam benakmu mempertanyakan aku pun ingin hidup dalam takdir yang tidak demikian…

Lantas…????

Agak kaget, sms masuk pertanyaanmu tentang kenapa harus mengangkat tema kaum kami..??

Aku jawab, Sebab hidup tidak selalu hitam putih…

Alam realitas adalah fenomena pluralitas merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu…

Untuk sekedar bernyanyi pelangi-pelangi alangkah indahmu…

Bersanding dalam kehidupan, bersama menciptakan surga di dunia…

Bagai di langit yang biru…

Pelukismu agung, siapakah gerangan…

Pelangi-pelangi ciptaan tuhan…

Akh..lagi-lagi tuhan….

(Kemarin Dini Hari, dalam sepi, Berteman segelas kopi, Untuk Teman-teman LGBT)



Pengantar Untuk Diskusi "LGBT (Lesbian , Gay, Bisexual, Transgender/Waria) Antara Doktrin Agama Dan diskriminasi", Ultimus Bandung 30 November 2007

Labels:

Friday, November 23, 2007

Salam Sungkem Keluarga Badjingan



Aroma khas minuman kejantanan menyeruak memenuhi ruang kemunafikan...
Beriringan dalam obrolan khas dengan nada tawa keras menertawakan diri naas yang tersumbat dengan keadaan hidup susah yang tak bisa lepas..
Selalu saja mereka merasa akulah yang paling berani dari seorang pahlawan sekalipun..
Sempat teringat rasa muak berangkat dari kejemuan melihat seorang bapak..
Yang hanya bisa demikian, tanpa rasa malu menyebut ke-Akuanku...
Dan merasa jantan menindih Ibuku, walaupun dia menangis dalam kesakitan sampai pada muara luka batin berbalut pasungan stigmatisasi....
Atas nama penyembuhan sebuah kesehatan kejiwaan..
Hei ....bagaimana kabarmu bapak..???
Apakah kau merasa berbahagia ...
Dengan iringan tangis Ibu , dengan Vonismu beralaskan masa lalu, yang katanya Wanita sundal..!!!
Dan masih mencekiknya dengan erangan dari mulutmu masih bersama aroma minuman surga , "Aku ini sayang kamu..!!!"
Hei ....bagaimana kabarmu Ibu ...???!!!
Apakah kau masih menikmati penetrasi bapak yang sudah mulai loyo akibat ejakulasi paranoid buah hasil yang katanya adalah harga diri...
Kembali aku berikan padamu dua pilihan Ibu..
Pertama...
Jika kau memang sabar, sabarlah sesabar-sabarnya..
Kedua..
Jika kau marah, muak, tumpahkanlah pada satu titik bahwa kau bisa menjadi laki-laki dan tuntut dia sampai pada klimaks tak bernyali...!!!
Dan Kejujuranmulah kunci jawaban atas sebuah pilihan yang aku berikan...
Atau kau punya pilihan sendiri Ibu..???
Pastinya sebuah pilihan Bapak yang dulu ditawarkan , mungkin akan kau tolak...
Untuk bersama memilih bunuh diri ....
Apa yang aku rasakan adalah titik muara dari kejengahan atas nama mempertahankan rumah tangga...
Ibu...dimana komitmenmu dulu kalau hanya tidak melihat anak-anakmu kau akan pergi dengan luka hati yang kau bawa lari..
Bapak...apakah kau masih ingin melihat dia gila untuk yang kedua kalinya..
Selamat untuk kalian berdua yang membantah teori keberkekalan keutuhan rumah tangga adalah yang rukun damai, makmur, sejahtera...
Ternyata kalian bisa membantah itu...
Dengan bingkai neraka keluarga setan sejahtera..
Salam Sungkemku...
Anakmu ...

(Malam Lebaran 2007, KontraS Jakarta)

Labels:

Thursday, November 22, 2007

Antara lapar dan sajak Chairil Anwar...


Membuka blog teman, hanya keluh kesah dan umpatan…

Sedikit kisah cinta tak terbalaskan…

Atau tidak jauh tentang system yang katanya sialan…

Sedikit mengatup, mata menutup menahan ngantuk, tapi hati seperti resah ingin menuliskan sesuatu..

Apakah itu..???

Tak tahu..!!!!

Kiranya bukan hanya kali ini seperti itu….

Selanjutnya, masih bingung ngitung uang untuk besok makan…

Cari utangan atau nagih pinjaman….

Terus dini hari beranjak, tanpa menanyakan, apalagi sekedar bertanya untuk kesan apa yang ku rasakan atas dominasi dingin dan kesepian yang memang hobi aku rasakan…

Hmmmm…..tadi sore ingat teman, mengajak melamar pekerjaan dari sobekan kertas Koran harian…

Agak enggan, bukan karena tidak butuh makan…

Hanya malas suasana, dan pengalaman yang kerja tak sampai tahunan…

Apa alasan…???

Hanya sok-soka-an, menjaga harga diri tak mau diperintah bak babu migran…

Sekedar makan, cukup pinjam gitar, bersama teman yang sering mangkal di perempatan..

Cukup sekedar satu lagu, yang berwajah kemanusiaan dan ngetem satu atau dua jam…

Hasilnya..???

Adalah sekedar untuk makan…

Cukup heran, mendengar celoteh kawan….

“Masak aktivis nggak punya duit buat makan…”

Nyengir, aku menjawab….

Sambil menjawab sekenanya…

“Semua orang juga punya aktivitas, jadi semua orang juga aktivis..”

Tidak merokok, dan alcohol yang malas aku menenggak….

Panjang cerita, kenapa alasan kedua kalau aku ceritakan…..

Teringat dengan bapakku yang selalu teler minuman murahan, sambil memaki ibuku atau sambil memukul, dan aku yang hanya melongo atau kadang tak tahu apa yang harus dilakukan…

Sampai pada pagi hari, sering dimarahi guru, tidak mengerjakan PR…

Karena kalau bapakku teler lampu rumah yang masih pakai minyak tanah, selalu pecah, dan otomatis aku sering hanya menyaksikan drama teater rumah tangga, bak seperti perang dunia…

Itu dulu aku masih SD…

Alasan aku meningglkan rumah semenjak SMP pun tak jauh dari alasan aku tak betah di rumah…

Hanya sesekali teringat ibu yang selalu menangis di sela-sela diamnya….

Dengan bapak..???

Aku tak tahu, apakah dia juga masih setia dengan “surganya…”

Cukup asyik melihat masa lalu sebentar dan menghanyal, seandainya bisa aku tuliskan dan dapat aku novelkan…

Sedikit minta bantuan editan teman, kasih ke penerbit, banyak orang membaca, menjadi best saller, dan tersenyum bangga ala putu wijaya…

Akh..lagi-lagi melangit….

Sekedar pertanyaan…

Aku coba hujamkan dalam hati, apa yang sudah aku lakukan…???!!!!

Sedih aku harus menjawab, pertanyaan yang kadang bagiku lebih nyeri dari sembilu, begitu sering terdengar dari mereka yang baru putus cinta…

Tapi aku bukan sedang putus cinta…

Karena bagiku kisah cinta masih seperti cerita bajakan ala sinetron dengan alunan lagu cengeng Radja, bumbu dagangan ala serabi, khas jualanya tuan Punjabi…

Akh kenapa kisah cinta jadi seperti itu..???

Kiranya bukan hanya cinta yang dengan mudah diotak-atik khas selera pasar

Keampuhan media kotak imajinasi yang tanpa sadar menggiring orang berfikir Rasis

Dengan bahasa iklan yang seolah tanpa salah…

“Temukan cintamu dengan kulit putihmu”

Dan tak terasa, seperti kembali ke jaman Nazi mengamini ras arya dengan modifikasi bantuan televisi……

Adopsi Hitler yang mungkin lebih bengis dari komik dan filmya Frank Miller….

Sungguh Indah Dunia yang sudah pasti, dalam alunan menjadi manusia ideal penurut

Dalam ritme industrialisasi bak ayam broiler…

Hidup, besar, sekolah, kuliah, kerja, nikah, punya anak, anaknya sekolah, anaknya kuliah,
anaknya nikah, dan, terus….

Lantas aku jadi teringat dengan kucing peliharaanku dulu, hidup dalam rutinitas semu…

Aku tersenyum teringat dengan nilai Lebih dari akumulasi capital yang Marx teliti menjelma
menjadi Big MaC yang harus dibeli dan berlabel bonus gengsi….

Dan semua seperti wajar, sambil tersenyum dengan apologi korupsi, sambil
menghibur diri, toh nanti tertebus dengan naik haji…

Otomatis status jadi tinggi, ada alasan untuk nambah istri…

Cukup kasih alasan poligami sunah nabi, sambil berpura-pura suci dan tidak jemu-jemu
nyanyi lagu wajib, jagalah hati …mari poligami…punya dua istri jangan lupa bagi-bagi..

Aku hanya bergumam dalam hati, mungkin sudah beribu tahun agama hadir,
berabad juga Ideologi mampir….

Semuanya sama mendendangkan kemakmuran dan perdamaian katanya…

Tapi aku juga heran, karena tidak ada satu agama atau ideologipun
yang tidak mempunyai Sejarah Berdarah….

Akh, tak terasa malam sudah pagi….

Susah sekali mengatupkan mata, pikiran masih menerawang ….

Campur aduk mencoba mempertanyakan, menyanggah, dan menertawakan
tema-tema cinta yang tadi sempat mengganggu…

Aku tak punya jawaban, selain hanya mungkin ibarat sebagai bunga yang tumbuh tanpa
bantuan Musim….

Aku hanya terngiang-ngiang, tulisan poster yang terpampang di kostan teman sore tadi..

Tulisannya jelas, dan cukup menikam….

“SEKALI BERARTI, SESUDAH ITU MATI…!!!!”

Bagaimana kalau aku mati sebelum diriku berarti…???!!!!

Labels:

Monday, November 19, 2007

Bukan Kisah Dangdutan....


Atas nama gugatan rasa lapar…

Mencoba berfikir realita uang di saku untuk kompromi mempertahankan hidup….

Kompromi tidak dapat dilanjutkan, sebab isi saku berkebalikan dengan keinginan untuk makan enak, layak, dan kenyang…

Dalam satu pilihan untuk makan sekarang, Atau sedikit bertahan….

Timbul ide tidak tertahankan ketika perut meneriakkan pemberontakan…

Untuk besok, bagaimana besok…

Berjalan pelan menuju warung makan langganan, dengan harapan dapat gratisan atau dapet nemu duit di jalan…

Pelan menyusuri jalan, selesai kumpul acara teman yang sibuk membicarakan agenda tentang pergerakan ..

Ngalor-ngidul berbicara tema tidak percaya otoritas sentral kenegaraan….

Setengah jalan menuju tujuan…..

Sekilas menengok, tentang seorang tua yang mengumpulkan sisa-sisa nasi dari beberapa bungkus kertas makan, mungkin ia punguti dari jalan atau ada yang membuang dari kendaraan…

Cukup lama aku terpaku dengan mengambil posisi sedikit ngumpet supaya tak terlihat objek pelaku…

Sebuah Pemandangan yang sebenarnya umum, dan tiap hari ada dan berlalu...

Diam sambil memperhatikan, dalam beribu sesak, marah, sedih, muak, jengah ditambah kekuatan rasa ingin berteriak…

Tak terasa teriakan air mata lebih berkuasa, tanpa diundang dia datang mengalir pelan kemudian deras...

Cukup….

Tak ingin aku meneruskan, disangka nanti dramatisasi kisah dangdutan..

Dalam remang sinar lampu angkot yang sekilas menyorot….Melotot mataku dalam sembab…

Tentang kebenaran sistem yang biadab….

Cukup lama terpaku, sampai tidak sadar seorang tua sudah berlalu…

Sedikit menghela nafas, mengusap air mata, kembali berjalan pelan…

Seketika nafsu makan hilang…

Sampai tujuan, minum sebentar kembali pulang …

Ambil kertas corat-coret mencaci diri..

Masih layakkah kau bicara kemanusiaan….

Jawab, badjingan…..!!!!!!!!

Labels: