Revolusi Tai Kucing

Mencari Kemungkinan, Dalam Ruang Ketidakmungkinan
Ritme Dialektika Sebuah Kenihilan..
Selamat Tinggal Pengatas namaan Segala Bentuk Pelabelan....
Selamat Datang Absurditas, Dan Lahir Menjadi Realitas..

Friday, October 05, 2007

( Kisah I ) ...

6 Desember 1984, Terlahir seorang bayi, diberi nama Husni Kanifan , di kota Magelang Jawa-Tengah. Pasangan Haeban Efendi, dan istri Susmiyati.

Ketiga dari keempat bersaudara.

Anak kandung dari seorang ayah pecandu alkohol, dan seorang ibu yang pernah gila sampai masuk Rumah sakit Jiwa, buah hantaman keras tema klasik dakwaan bengis seorang pelacur ditambah terkaman sebuah system kemiskinan terstruktural yang mungkin dia tak sadar, dan masih tekun percaya semua akan berubah dengan doanya.

Semoga ibu….

Pemandangan sedari kecil ketika sang bapak harus selalu berteriak-teriak ketika menenggak, sambil menjambak rambut ibuku….

Dengan paksaan harus mengakui bahwa “kau pernah tidur, dengan musuh-musuhku..”

“jawab, suse….!!!!”

Teriak bapakku….

Air mata, dan rintihan ibuku, ditambah melodi keras tangisku, kakakku, dan adikku…

Sekiranya itu yang aku ingat dimana masa kanak-kanaku….

Disamping jatah nasi bungkus untuk makan sehari-hari yang ibu beli 8 bungkus.

Satu dimakan siang, dan satunya dimakan malam..

Jadi masing-masing mendapat 2 bungkus.

Kakakku yang pertama tidak mendapat jatah karena sedari kecil, dia ikut dengan neneknya.

Dan untuk bapakku, ibu tak pernah membelikan, karena dia jarang ada di rumah…

Dan pulang tidak tentu, ada 2 bulan sekali atau lebih lama..

Yang sering kadang jatah nasi untuk malam, ketika di makan ada rasa sedikit asam…

Atau kadang aku mencuri jatah nasi adikku, karena paling dia hanya akan menangis, dan paling aku akan dimarahi ibu, dan aku bisa lari…

Dan sekalinya bapak pulang adalah pelampiasan ala kelaki-lakianya, ditambah mungkin hanya ingin menggauli ibuku….karena tidak punya uang pergi ke lokalisasi…

Aku tahu ibuku cantik, setidaknya itu aku lihat dari foto-fotonya jaman remaja, dan foto pernikahanya dengan bapakku…

Ibuku sebelumnya pernah menikah dengan pilihan orang tuanya, laki-laki yang punya bintik-bintik semacam jerawat besar di wajah dan tubuhnya dikarenakan apa aku tak tahu.

Tapi yang pasti laki-laki itu kaya…

Itu sebabnya mungkin ibuku dijodohkan dengan lelaki tersebut, aku tak tahu siapa namanya, atau bahkan proses percerian atau bagaimana, sampai ibuku setelah itu menikah dengan bapakku.

Masa kecilku penyakitan, dan autis.

Atau sering aku berpura-pura sakit agar ibu sedikit bisa memanjakanku, sekedar aku bisa makan soto ayam kesukaanku.

Karena aku tahu, ibu tak akan mampu membeli itu setiap hari.

Dan, ibuku yang menagis di sela-sela Sholat nya yang sering aku lihat.

Aku tak tahu waktu itu dia kenapa sering menangis…

Kami tidur Di satu ranjang yang ditiduri aku , adikku, kakakku, dan ibuku sendiri.

Rumah yang seperti lorong dan menyatu dengan bermacam-macam alat-alat dapur tradisional, semacam centong nasi kayu, angklo (alat memasak yang bahan bakarnya dari arang), ada juga kendi, ceting (wadah nasi dari anyaman bambu).

Untuk dijual, dan pas dengan rumahku yang bersebelahan dengan pasar.

Bau pesing di kasur yang kami tiduri, karena seringnya aku ngompol, atau kadang juga adikku, dan paginya ibu paling hanya mengomel.

Kebiasaan mengompolku sampai aku kelas 3 SD.

Berkelahi dengan saudara-saudaraku, bukan hal yang aneh lagi.

Hanya alas an saling rebuatan makanan, mainan, atau hal-hal sepele yang lainnya.

Kami berhenti berkelahi kalau ibu sudah bilang…

“Kalau berkelahi satu pakai golok, satu pake pacul, biar nggak tanggung-tanggung..”

Atau ada kalanya dia hanya menangis…..

Kisah (II) 1988

Aku Diasuh oleh adik bapakku, yang tidak punya anak, di daerah kebumen…..

Dan pertama sekolah Taman kanak-kanak…

Aku jahil, menganggu teman sampai menangis, dan kalau sudah menagis aku ikut juga menangis supaya tidak disalahkan….

(Bersambung)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home