Revolusi Tai Kucing

Mencari Kemungkinan, Dalam Ruang Ketidakmungkinan
Ritme Dialektika Sebuah Kenihilan..
Selamat Tinggal Pengatas namaan Segala Bentuk Pelabelan....
Selamat Datang Absurditas, Dan Lahir Menjadi Realitas..

Thursday, November 22, 2007

Antara lapar dan sajak Chairil Anwar...


Membuka blog teman, hanya keluh kesah dan umpatan…

Sedikit kisah cinta tak terbalaskan…

Atau tidak jauh tentang system yang katanya sialan…

Sedikit mengatup, mata menutup menahan ngantuk, tapi hati seperti resah ingin menuliskan sesuatu..

Apakah itu..???

Tak tahu..!!!!

Kiranya bukan hanya kali ini seperti itu….

Selanjutnya, masih bingung ngitung uang untuk besok makan…

Cari utangan atau nagih pinjaman….

Terus dini hari beranjak, tanpa menanyakan, apalagi sekedar bertanya untuk kesan apa yang ku rasakan atas dominasi dingin dan kesepian yang memang hobi aku rasakan…

Hmmmm…..tadi sore ingat teman, mengajak melamar pekerjaan dari sobekan kertas Koran harian…

Agak enggan, bukan karena tidak butuh makan…

Hanya malas suasana, dan pengalaman yang kerja tak sampai tahunan…

Apa alasan…???

Hanya sok-soka-an, menjaga harga diri tak mau diperintah bak babu migran…

Sekedar makan, cukup pinjam gitar, bersama teman yang sering mangkal di perempatan..

Cukup sekedar satu lagu, yang berwajah kemanusiaan dan ngetem satu atau dua jam…

Hasilnya..???

Adalah sekedar untuk makan…

Cukup heran, mendengar celoteh kawan….

“Masak aktivis nggak punya duit buat makan…”

Nyengir, aku menjawab….

Sambil menjawab sekenanya…

“Semua orang juga punya aktivitas, jadi semua orang juga aktivis..”

Tidak merokok, dan alcohol yang malas aku menenggak….

Panjang cerita, kenapa alasan kedua kalau aku ceritakan…..

Teringat dengan bapakku yang selalu teler minuman murahan, sambil memaki ibuku atau sambil memukul, dan aku yang hanya melongo atau kadang tak tahu apa yang harus dilakukan…

Sampai pada pagi hari, sering dimarahi guru, tidak mengerjakan PR…

Karena kalau bapakku teler lampu rumah yang masih pakai minyak tanah, selalu pecah, dan otomatis aku sering hanya menyaksikan drama teater rumah tangga, bak seperti perang dunia…

Itu dulu aku masih SD…

Alasan aku meningglkan rumah semenjak SMP pun tak jauh dari alasan aku tak betah di rumah…

Hanya sesekali teringat ibu yang selalu menangis di sela-sela diamnya….

Dengan bapak..???

Aku tak tahu, apakah dia juga masih setia dengan “surganya…”

Cukup asyik melihat masa lalu sebentar dan menghanyal, seandainya bisa aku tuliskan dan dapat aku novelkan…

Sedikit minta bantuan editan teman, kasih ke penerbit, banyak orang membaca, menjadi best saller, dan tersenyum bangga ala putu wijaya…

Akh..lagi-lagi melangit….

Sekedar pertanyaan…

Aku coba hujamkan dalam hati, apa yang sudah aku lakukan…???!!!!

Sedih aku harus menjawab, pertanyaan yang kadang bagiku lebih nyeri dari sembilu, begitu sering terdengar dari mereka yang baru putus cinta…

Tapi aku bukan sedang putus cinta…

Karena bagiku kisah cinta masih seperti cerita bajakan ala sinetron dengan alunan lagu cengeng Radja, bumbu dagangan ala serabi, khas jualanya tuan Punjabi…

Akh kenapa kisah cinta jadi seperti itu..???

Kiranya bukan hanya cinta yang dengan mudah diotak-atik khas selera pasar

Keampuhan media kotak imajinasi yang tanpa sadar menggiring orang berfikir Rasis

Dengan bahasa iklan yang seolah tanpa salah…

“Temukan cintamu dengan kulit putihmu”

Dan tak terasa, seperti kembali ke jaman Nazi mengamini ras arya dengan modifikasi bantuan televisi……

Adopsi Hitler yang mungkin lebih bengis dari komik dan filmya Frank Miller….

Sungguh Indah Dunia yang sudah pasti, dalam alunan menjadi manusia ideal penurut

Dalam ritme industrialisasi bak ayam broiler…

Hidup, besar, sekolah, kuliah, kerja, nikah, punya anak, anaknya sekolah, anaknya kuliah,
anaknya nikah, dan, terus….

Lantas aku jadi teringat dengan kucing peliharaanku dulu, hidup dalam rutinitas semu…

Aku tersenyum teringat dengan nilai Lebih dari akumulasi capital yang Marx teliti menjelma
menjadi Big MaC yang harus dibeli dan berlabel bonus gengsi….

Dan semua seperti wajar, sambil tersenyum dengan apologi korupsi, sambil
menghibur diri, toh nanti tertebus dengan naik haji…

Otomatis status jadi tinggi, ada alasan untuk nambah istri…

Cukup kasih alasan poligami sunah nabi, sambil berpura-pura suci dan tidak jemu-jemu
nyanyi lagu wajib, jagalah hati …mari poligami…punya dua istri jangan lupa bagi-bagi..

Aku hanya bergumam dalam hati, mungkin sudah beribu tahun agama hadir,
berabad juga Ideologi mampir….

Semuanya sama mendendangkan kemakmuran dan perdamaian katanya…

Tapi aku juga heran, karena tidak ada satu agama atau ideologipun
yang tidak mempunyai Sejarah Berdarah….

Akh, tak terasa malam sudah pagi….

Susah sekali mengatupkan mata, pikiran masih menerawang ….

Campur aduk mencoba mempertanyakan, menyanggah, dan menertawakan
tema-tema cinta yang tadi sempat mengganggu…

Aku tak punya jawaban, selain hanya mungkin ibarat sebagai bunga yang tumbuh tanpa
bantuan Musim….

Aku hanya terngiang-ngiang, tulisan poster yang terpampang di kostan teman sore tadi..

Tulisannya jelas, dan cukup menikam….

“SEKALI BERARTI, SESUDAH ITU MATI…!!!!”

Bagaimana kalau aku mati sebelum diriku berarti…???!!!!

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home