Revolusi Tai Kucing

Mencari Kemungkinan, Dalam Ruang Ketidakmungkinan
Ritme Dialektika Sebuah Kenihilan..
Selamat Tinggal Pengatas namaan Segala Bentuk Pelabelan....
Selamat Datang Absurditas, Dan Lahir Menjadi Realitas..

Wednesday, March 19, 2008

Terima kasih Atas Tamparanmu, Kawan…


Kau menampar dan menelanjangiku dengan ungkapan lugasmu itu, satu eksistensi kesepian dalam wacana penelusuran abjad kehidupanmu sampai saat hari ini.

Kau berujar…. “Dalam hidup ini aku hanya diajarkan untuk kehilangan… Untuk mempertahankan apa yang tidak akan ku miliki…… Untuk mencintai orang yang salah… Untuk menyayangi orang yang akan pergi… Dan untuk menghadapi mimpi dalam hidup nyata.....”

Diam aku mendengar ucapanmu, yang lebih menghentak dari seperti uraian setumpuk buku filsafat idealisme langitan sekalipun, atau petuah bijak ala orang suci…

Sama sekali ucapanmu tidak ada kesan bahwa kau ada dalam sebuah posisi seorang petuah kebajikan…

Kau hanya berujar tentang proses ranah apa yang mereka sebut istiqomah…

Tapi apakah kau tahu…???

Kalimatmu menikam dalam sampai sumsum tulang jiwa sepiku yang aku berharap tidak ada yang akan mendengar…

Juga termuntahkan segala tetek-bengek ranah filosofi prinsipil anjing tai kucing itu…..!! Kau seperti berujar, dengan nada halusmu itu… “Sampai kapan kau akan bersembunyi dan berlindung dalam apologimu itu, bajingan…???!!!”

Akh…tampar saja aku kawan, kalau perlu tendang saja sampai aku terjungkal… dan tubuhku sampai babak belur, kalau itu bisa membuat aku semakin sadar, akan kebajinganku….

Ada semacam ketabahan yang kau selalu mengaitkan dengan seseorang yg pernah melahirkanmu… apa alasan.?

Kadang hanya cerita getir yg kau gulirkan dan yang sempat aku perdengarkan tentang keikhlasan memberi sekaligus kesiapan dlm kehilangan.

Dan aku tangkap sebagai bentuk aktualisasi diri dari penghormatan seorang perempuan ringkih almarhumah seorang ibumu…

Akh...iri aku mendengarkan kisahmu kawan, yg dengan sepenuhnya aku melihat kau terinspirasi dari sebuah kisah yg aku mulai jengah ketika di seberang lain banyak terdengar rentetan kemunafikan bersembunyi di balik dalih kesetaraan….

Aku angkat topi untukmu, kau masih berdiri dan melihat seonggok masa lalu yang kau amini sebagai langkah hidup dlm melihat sisi lain seorang manusia dan kemanusiaan…. Ya...filosofi utk siap dlm kehilangan dalam dialektika hidup, kemudian mati...... Kiranya kau cukup pantas ketika berujar …

Kebahagiaan memang untuk diyakini…..

Labels:

1 Comments:

At 2:33 AM , Anonymous Anonymous said...

Namun, kebahagiaan menginginkan kekekalan... -nietzsche once said.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home