Dini hari, antara Barisan Nisan, Puritan & Nekrodamus…

Atas nama kegelisahan yang harus termaklumi dengan cekokan takdir yang nadir mengalir…
lebih banyak dari koleksi firman tuhan atas nama kaidah yang membanyol dari perantara idealisme langitan…
surga puritan ataupun semacam neraka rakitan…
Setidaknya itu yang kudengar dalam nalar yang nanar mendengarkan dirimu berkoar dalam rekaman orasi balutan variasi prosa dan ritme hentakan alunan jalanan…
Terus hentakan itu berlanjutkan sebuah konstitusi imajiner fragmentasi nilai lebih legitimasi anak negeri yang berjibaku untuk naik haji...
Perantara-perantara libido
Dan irama lain menyahut, fasis yang baik adalah fasis yang mati…
Bisikan dari barisan nisan untuk selalu memperbesar kemungkinan dalam ruang ketidak mungkinan, ketika dari setiap mereka yang ditemui tidak lagi menemukan sudut kemungkinan…
untuk berkata tidak mungkin tanpa darah mereka mengering…
Pengulangan menemukan maknanya sendiri…
Ketika pagi mengebiri matahari…
Dan hidup tidak lebih dari sebuah topeng mutilasi
Atau seonggok tinja para sosok pembaharu dunia bernama pasar bebas…
Untuk bagaimana menyamankan posisi…
Untuk kemudian memperlakukan hidup seperti AKABRI…
Dan dikebiri matahari…
Labels: Puisi
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home